Gading Gajah,desa Hiang Tinggi -Kab.Kerinci |
Acara mandi gading merupakan upacara ritual masyarakat adat nenek limo hiang tinggi dalam rangka memohon agar hujan turun .
Sebelum
kegiatan mandi gading dilaksanakan terlebih dahulu masyarakat adat di daerah
ini melakukan Shalat Istisqo di Lapangan
Hijau Hiang Tinggi yang diikuti segenap lapisan masyarakat adat di wilayah Nenek Limo Hiang Tinggi.
Nazaruddin,BA
Gelar Depati Atur Bumi Hiang kepada
wartawan media ini menyebutkan kemarau
panjang yang melanda wilayah Hiang tinggi dan dibelahan negeri lain cukup
mencemaskan masyarakat terutama
masyarakat petani yang ada di daerah
ini.
sesuai dengan sunnah Rasullullah maka para pemangku adat,Depati,Nenek mamak, para alim ulama,cerdik pandai yang tergabung dalam kaum empat jenis melakukan musyawarah untuk menetapkan jadwal pelaksanaan Istisqo.
sesuai dengan sunnah Rasullullah maka para pemangku adat,Depati,Nenek mamak, para alim ulama,cerdik pandai yang tergabung dalam kaum empat jenis melakukan musyawarah untuk menetapkan jadwal pelaksanaan Istisqo.
Pada hari Minggu 8/11 sesuai dengan hasil musyawarah dilaksanakan shalat Istisqo yang di ikuti seluruh anak jantan dan anak betino yang berada di lingkungan wilayah adat Nenek Limo Hiang Tinggi dan segenap para pemangku adat.
Setelah
di laksanakan Shalat Istisqo, maka seluruh
Pemangku Adat di wilayah adat Nenek Limo Hiang Tinggi
berkumpul di rumah salah seorang warga /anak betino (rumah Gedang) untuk melaksanakan acara
penurunan dan membersihkan benda benda
pusaka termasuk membersihkan Gading
Gajah .
Upacara
pembersihan diawali dengan pno adat yang disampaikan pemangku adat, dan
usai pno, beberapa orang
anak jantan dan anak betino
dipimpin salah seorang pemangku
adat dengan menggunakan tangga menuju paha ( loteng) rumah tempat
benda benda pusaka di simpan di dalam sebuah peti yang berukuran
sekitar 1 meter X 1,5 meter.
Satu
persatu benda benda pusaka seperti
Tanduk Kerbau dan Tanduk Kambing
bertuliskan aksara Incung ,Gading Gajah
sepanjang lebih 1 meter dengan berat
lebih 10 Kg,Tikar Sembahyang dan
sejumlah benda benda pusaka lainnya
dikeluarkan dari dalam peti di
mandikan dengan menggosok gosok
dan membersihkan/mengelap benda pusaka
dengan aneka jenis air limau
(jeruk) yang sudah dipersiapkan.
Usai
membersihkan benda pusaka dengan air limau, maka benda pusaka tersebut di
tempatkan kembali di dalam peti semula,
sedangkan Gading Gajah yang berusia
ratusan tahun di turunkan untuk diperlihatkan kepada segenap para pemangku adat ,alim ulama dan
segenap anak jantan dan anak betino di
wilayah adat Nenek Limo Hiang Tinggi.
Selanjutnya Gading Gajah
sebarat lebih 10 kg dibungkus
dengan kain sorban bermotif batik dan dibawa menuju salah satu Lubuk di Sungai
Batang Sangkir yang air nya mengalir ke
arah mudik Hiang Tinggi dan membelah
wilayah Kecamatan Sitinjau Laut
dan mengalir memasuki wilayah Kecamatan Tanah Kampung -Kota Sungai
Penuh dan bermuara di Danau Kerinci.
Sekitar
1.500 orang masyarakat adat nenek Limo Hiang Tinggi mengiringi
gading gajah yang dipikul salah
seorang warga menuju lubuk di
kawasan Sungai Batang Sangkir yang mengalir deras dan penuh dengan bebatuan.
perebutan gading gajah di dalam lubuk semakin ramai dan meriah dengan turunnya ratusan masyarakat dari berbagai kelompom usia, acara semakin ramai dan meriah setelah beberapa orang masyarakat yang berada di dalam sungai dengan menggunakan ember ember dan timba menyirami warga yang berada di atas daerah aliran Sungai.
Menjelang Gading Gajah di ceburkan kedalam lubuk salah seorang ulama
memimpin pembacaan doa,usai pembacaan doa, perlahan
lahan Gading Gajah berwarna kuning ke emasan itu di masukan ke
dalam lubuk dan secara spontan puluhan masyarakat berhamburan
memperebutkan
gading gajah yang jatuh lubuk.
perebutan gading gajah di dalam lubuk semakin ramai dan meriah dengan turunnya ratusan masyarakat dari berbagai kelompom usia, acara semakin ramai dan meriah setelah beberapa orang masyarakat yang berada di dalam sungai dengan menggunakan ember ember dan timba menyirami warga yang berada di atas daerah aliran Sungai.
Meski
harus berbasah basah ria warga yang
menonton denga senanghati membiarkan
tubuh dan pakaian mereka basah di
guyur air Sungai yang di simburkan
oleh masyarakat yang tengah berada di
dalam sungai memperebutkan Gading
Gajah yang dihanyutkan oleh Air Sungai yang mengalir deras.
Lebih 5 Jam
masyarakat adat nenek Limo Hiang
Tinggi berbasah basah ria di dalam Sungai saling berebutan untuk
mendapatkan gading Gajah yang relatif
berat.
Jika
salah seorang berhasil mendapatkan gading gajah ,maka puluhan
masyarakat yang lain berebutan untuk mendapatkan, akibatnya gading
gajah tersebut berpindah dari satu tangan ke tangan yang
lain.
Setelah puas saling memperebutkan gading gajah, warga yang lelah naik ke atas daratan sambil menggotong gading gajah.
Uniknya,air limau yang di gunakan untuk membersihkan benda benda pusaka di tampung di dalam ember dan pasu dan dibungkus di dalam plastik yang telah disediakan dan dibagi bagikan kepada segenap masyarakat adat di wilayah adat nenek Limo Hiang Tinggi dan perwakilan dari masyarakat di wilayah adat desa tetangga.
Suasana tampak begitu gembira, sorak sorai
penonton bercampur bauh dengan siraman air yang di semburkan oleh masyarakat yang berada di dalam Sungai.
Setelah puas saling memperebutkan gading gajah, warga yang lelah naik ke atas daratan sambil menggotong gading gajah.
Selanjutnya
gading gajah yang sudah dibersihkan
kembali di bungkus dengan sorban
dan dipikul kembali menuju rumah gedang.
Dirumah
gdang( rumah pusaka) sejumlah pemangku
adat menerima kembali Gading Gajah dan selanutnya di bawa kembali ketempat semula dan di simpan di dalam peti
bersama dengan benda benda pusaka yang lain.
Uniknya,air limau yang di gunakan untuk membersihkan benda benda pusaka di tampung di dalam ember dan pasu dan dibungkus di dalam plastik yang telah disediakan dan dibagi bagikan kepada segenap masyarakat adat di wilayah adat nenek Limo Hiang Tinggi dan perwakilan dari masyarakat di wilayah adat desa tetangga.
( Bj.Rio Temenggung Tuo)